Ayah, Anakmu Rindu

Ayah, entah harus dengan bahasa apa aku mengungkapkan apa yang kupendam di dalam hati. Ketika aku tak mampu lagi bercanda gurau seakan tanpa sekat denganmu, entah harus dengan cara apa  aku mengeluhkannya. Aku rindu ayah. Aku rindu dengan hal-hal kecil yang biasa kau lakukan pada putri kecilmu ini. Di mulai dengan caramu yang unik ketika membangunkanku, cukup dengan menarik kakikku maka aku akan terbangun. Setiap makan bersama engkau begitu sabar selalu menghabiskan sisa makanku. Putri kecilmu kini telah beranjak remaja ayah. Aku tak perlu lagi menangis ketika apa yang kuinginkan tak kudapatkan, aku sudah belajar berjuang ayah.
Aku sedih karena ketika usiaku beranjak dewasa, aku justru tak memahamimu. Bahkan ketika hanya untuk meminta restu pun aku harus berdoa terlebih dahulu agar apa yang aku ucapkan tak melukaimu. Aku merasa asing dengan ayahku sendiri.
Sedangkan saudara tiriku yang tak ada ikatan darah sedikit pun dengan Ayah, ia sangat akrab dengan Ayah. Aku cemburu Ayah, namun lagi-lagi aku tak tahu dengan cara apa aku mengungkapkannya.

Perjuangan

Meski telah terbiasa dengan rasa sakit yang sama, namun yang namanya sakit tetap saja sakit. Hanya saja mungkin bisa lebih sabar lagi menghadapinya. Aku sudah terbiasa ketika sejak SD hingga SMP selalu mendapat juara kelas kebanggan guru-guru tapi bukan apa-apa dimata keluarga. Tak ada tanggapan, apalagi ungkapan bangga. Biasa saja. Tapi manusiawi jika aku merasa sakit karena apa yang aku perjuangkan tak dihargai.
Tapi ketika masuk SMA dan aku tak bisa meraih juara kelas lagi, semua sibuk memojokkanku. Oh, mungkin mereka tengah mendidikku menjadi orang yang kuat. Lulus SMA diterima di PTN yang masuk Universitas favorit di negeri ini, mungkin sebuah kebanggaan untuk sebagian orang tapi tidak bagi keluargaku. Ayahku bersikukuh tak mengijinkanku melanjutkan kuliah. Sodara tak ada yang menanggapi. Akhirnya aku berjuang sendiri, berjuang dengan cambuk yang sampai kapan pun takkan pernah kulupa. Ketika aku mencoba meminta bantuan pada kakakku, tapi yang mereka katakan "Bayar kuliahmu dengan tekad!"

Hingga saat ini aku masih kuat, karena selalu ada tangan Allah yang menguatkan lewat perantara-perantara yang datang tak pernah kuduga. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kau dustakan. Sekali pun nampak pahit, namun sesungguhnya itu adalah bentuk kasih sayangNya. Maka dengan keadaan seperti ini, aku harus sukses untuk diriku sendiri, bermanfaat untuk orang lain itu nilai bonusnya bukan yang utama. Aku tak harus membuktikan siapa aku pada orang lain, Aku hanya harus membuktikan diriku mampu pada diriku sendiri. Terus Berdoa dan berjuang. Insya Allah, Allah ridha.

Sang Mu'adzin dan Sipemilik mata Indah

Mataku tak henti mencari sesuatu kesana kemari. Namun yang dicari tak kunjung menampakkan diri. Satu persatu tamu yang hadir telah menyalamiku, tapi yang sejak tadi kucari dan kutunggu kehadirannya belum jua datang untuk menyalamiku. Mungkinkah dia tak datang? Tapi kenapa? Apakah karena dia juga bermimpi hal yang sama denganku? Pertanyaan demi pertanyaan yang muncul dipikiranku membuatku tidak terlalu fokus dengan kejadian disekelilingku.
"Selamat ya! Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah."
"Amiin." Jawabku singkat. Dengan pandangan kearah lain, tidak fokus pada orang yang menyalamiku. Sejenak aku tertegun, aku merasa mengenali suara yang baru saja menyalamiku. Ku alihkan pandanganku padanya dan ya, aku mengenalinya. Dialah orang yang sejak tadi kucari. Matanya, matanya tampak redup. Kuberanikan diri untuk menatap matanya. Matanya memang tampak sayu, itu terlihat dari kantung mata yang sedikit membesar pada kelopak matanya. Tapi aku masih bisa mengenali dan mengingat mata indah yang dimilikinya. Aku yakin bahwa dialah pria si pemilik mata indah itu. Ya, dialah Davin, sahabatku yang sejak tadi kutunggu.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya dengan senyum tipis yang kian memudar. Aku tersenyum ketir. Ada apa denganmu sahabatku? Bathinku.
"Alhamdulilah baik. Kamu sendiri bagaimana?" Jawabku.
"Alhamdulilah aku juga baik." Jawabnya dengan senyum dipaksakan. Lalu matanya melirik jam ditangannya.
"Aku tak bisa berlama-lama disini, aku ada janji hari ini. Maaf ya! Semoga langgeng." Ucapnya sambil berlalu dari hadapanku setelah menyalami suamiku.Sahabatku, aku merasakan kepedihan yang tengah kau derita. Matamu tak mampu menyembunyikan dukamu. Meski aku tak tahu derita apa yang tengah menderamu. Bathinku.

Hari berganti, kumemulai hariku dengan lembaran baru bersama suamiku Ardhan As-shidiq yang belakangan kuketahui bahwa dia adalah sang mu'adzin bersuara merdu itu. Kala itu baru hari pertama kami menjadi sepasang suami istri. Dia hendak pergi ke mesjid ketika menjelang maghrib. Aku yang belum terbiasa sholat dirumah baru sendirian memutuskan untuk ikut sholat berjamaah di mesjid. Ketika hendak mengambil air wudhu, mu'adzin bersuara merdu itu mengumandangkan adzan maghrib dengan suara khasnya. Sontak saja aku kaget dan tak percaya dengan apa yang kudengar. Akupun lantas berbalik arah dan masuk kembali kedalam mesjid untuk memastikannya. Namun yang kudapati hanyalah seorang merbot mesjid yang tengah terduduk dan seorang mu'adzin yang tak lain adalah suamiku. Ah, benarkah itu suamiku? Mu'adzin yang selalu membuatku menitikkan air mata karena suara dan penghayatannya. Tapi... Aku meraba pipiku. Tak terasa air mataku sudah membasahi pipiku. Isak tangis haru dan bangga berbaur jadi satu. Tubuhkupun tak mampu ku tahan untuk segera bersujud syukur atas hadiah terindah yang Alloh berikan untukku.

Namun, belum sempat aku menceritakan kebahagiaanku pada suamiku, berita duka sudah lebih dulu sampai ketelinga suamiku.
"Sayang, sekarang kamu siap-siap ya! Kita langsung berangkat ke Rumah Sakit." Ucapnya.
"Memangnya mau ngapain? Kamu sakit?" Tanyaku bingung sambil meraba keningnya.
"Nggak anget kok!" Seruku lagi.
"Lha! Aku kira kamu tahu. Davin kecelakaan." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Davin kecelakaan?" Tanyaku bersama air mata yang tak mampu kubendung.
"Iya, makanya ayo siap-siap! Kita akan segera pergi kesana." Ucap suamiku sambil merangkulku lembut. Masih sulit kuterima, sahabatku yang selama ini selalu bersamaku dan selalu ada untukku. Sekarang tak bisa lagi selalu bersama setelah aku menikah dan punya kehidupan baru. Diapun seakan menjauhiku, entah dia canggung atau apa. Aku tak mengerti, apalagi waktu dia datang kepernikahanku. Dia datang dengan raut wajah yang tidak seperti biasanya, bahkan aku saja hampir tak mengenalinya. Ada apa dengannya? Ada apa dengan sikapnya? Atau justru aku yang berbeda? Aku yang selama ini memang menghindarinya, karena setiap kali bersamanya aku tak mampu menatap matanya. Matanya yang selalu kutemui dalam mimpi misteriusku dan sekarang setelah cukup lama aku tak bertemu dengannya bahkan tak mendengar namanya. Aku harus melihat dia tengah terbaring tak berdaya diruangan pengap berbau obat seperti ini.
"Sayang! nggak mau masuk?" Tanya suamiku. Aku terhenyak dari lamunanku.
"Aku mau masuk tapi sendirian." jawabku, sambil menyeka air mataku. Aku langsung masuk keruangan tempat Davin dirawat tanpa menunggu jawaban dari suamiku. Aku membekap mulutku dengan isak tangis yang kian menjadi-jadi. Sesak sekali dadaku melihatnya terbaring tak berdaya dengan banyak kabel menempel ke tubuhnya. Kutatap lekat wajahnya, mata indah itu masih dapat kukenal meski dalam keadaan terpejam sekalipun. Matanya tetap membuatku damai setiap kali melihatnya, meski kini rasa damai itu harus berbaur bersama rasa sesak. Dadaku kian sesak ketika dia sudah dipenghujung nafas-nafas terakhirnya. Matanya sedikit terbuka namun dengan nafas yang kian berat. Kubisikkan talkin ketelinganya, kutuntun ia untuk mengikuti ucapanku dan ya, dia menghembuskan nafas terakhirnya sambil mengucapkan kalimat tahlil dengan tangan menggenggam tanganku. Aku menjerit sekuat-kuatnya hingga tak sadarkan diri.

"Terimakasih sobat, sudah datang dan ada disampingku disaat-saat terakhirku. Jaga diri kamu baik-baik ya!" Ucapn

ya, sambil melepaskan gengganman tangannya lalu menjauh, menjauh dan kian menjauh dari pandanganku.
"Davinnnnn......!!!! Jangan tinggalin aku!" Teriakku. Orang-orang disekelilingku langsung merangkulku ketika aku berteriak dan tersadar. Ternyata itu mimpi. Dia datang kemimpiku dengan senyum yang dulu selalu menjadi teman setiaku. Pelipur laraku, sahabat terbaikku. Ketika aku tersadar, Davin sudah selesai dikebumikan. Ia sudah meninggalkanku dan takkan pernah kembali lagi. Semoga engkau ditempatkan ditempat yang mulia disisi Alloh sahabatku. Bathinku.

Beribu tanya menari-nari di kepalaku. Kebetulan macam apa ini? Ini bukan kebetulan, ini memang sudah skenario Alloh untukku. Tapi kenapa harus Davin si pemilik mata indah itu? Kenapa harus Davin juga yang pergi tanpa pesan padaku? Aku terisak, tubuhku terasa berat untuk bangkit dan beranjak dari peristirahatan sahabatku itu.
"Sayang!" suara lembut menyadarkanku.
"Bukankah kau tahu, meratapi kepergian seseorang berlebihan seperti ini bukanlah tanda cinta atau kehilangan. Tapi kau justru menyiksanya dengan cara ini. Dia akan kesakitan dengan tangismu ini. Bangkitlah! Jangan sampai syetan menguasaimu." Kata-kata yang selalu aku ungkapkan pada orang yang sedang berduka sepertiku, kini suamiku mengucapkannya persis sepertiku. Aku tersenyum hambar sambil menyeka air mataku. Davin sudah tenang disana. Aku tak ingin terlarut dalam keterpurukan karena ditinggalkan olehnya. Mu'adzin yang selalu membuatku menitikkan air mata, kini ada disampingku. Dia yang selalu menguatkanku.  Selalu bersamaku, bagaimana pun keadaannya. Inilah rencana terindah Alloh untukku.




#Selesai#




















Sedingin namanya (Air terjun Citiis)

Assalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh..
Apa kabarnya nih? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiat ya. Amiin.
Setelah cukup lama ngggak posting, karena alasan kesibukan  tugas sekolah dan yang lainnya kali ini saya mau posting pengalaman hiking ke Gunung Guntur kemarin. Padahal Cerbung saja belum rampung, ehh malah mau posting yang lain. nggak apa- apa kan? hehe *Iyain aja dah biar cepet.
Setelah melakukan hiking ke Gunung Sidahurip pada bulan April lalu, pada hari kemarin teptnya tanggal 2 Mei 2015, kami melakukan hiiking kedua kami yaitu ke Gunung Guntur. Mungkin pembaca juga sudah tidak asing lagi dengan nama itu atau bahkan juga sudah pernah kesana. Karena Gunung ini sudah cukup familiar tidak seperti Gunung Sidahurip hihihi. Meskipun hanya sampai ke air terjunnya saja, tidak sampai ke puncaknya..Tapi perjuangan menuju kesana juga cukup menantang. Kenapa? Karena perjalanannya penuh dengan bebatuan dan juga cukup terjal.
Nih saya kasih photonya deh biar nggak penasaran.


netiwiarti.blogspot.com 


Tuh, terjal kan? Kejadian waktu hiking ke Gunung Sidahurip terulang lagi, kami sempat tersesat dan harus menyusuri jalanan yang terjal seperti ini. Padahal jika kami tahu jalan, kami tidak harus melewati jalanan yang cukup membahayakan ini. 
Nih, saya kasih lihat lagi jalan terjal dan menanjak yang kami susuri!

netiwiarti.blogspot.com




Jalanan yang sangat menanjak ini membuat kami kesulitan mencapai puncak, bahkan sering kali kami malah terguling lagi kebawah. Tapi setelah melewati cukup banyak tanjakan sepertin ini, kami bisa sedikit bernafas lega, ketika menemukan jalan yang datar dan bahkan sudah ada petunjuk arahnya. 
Nih photo ngeksisnya!

netiwiarti.blogspot.com



Noh lihat wajah-wajahnya, seneng banget kali ya bisa selfie meskipun dalam keadaan lelah. Nah saya? Nyengir aja dibelakang layar, nggak bisa ngeksis. Tapi alhamdulilah, selain yang ikut hikingnya lebih banyak daripada waktu hiking ke Gunung Sidahurip, kami semua bisa sampai ke air terjun bersama-sama dan pulangpun bersama-sama. tidak ada yang pulang ditengah jalan karena kelelahan lagi.
Inilah photo-photo ngeksis kami di Air terjun Citiis.

netiwiarti.blogspot.com



Subhanalloh, Maha Suci Alloh atas keindahan yang diciptakanNYA. Tak henti-hentinya kami mengucap tasbih ketika sampai di Air terjun Citiis. Tak terkecuali saya, meskipun bukan untuk pertama kalinya saya bisa lihat air terjun. Tetapi tetap saja, saya tak mampu menyembunyikan kekaguman saya atas keindahan Air terjun Citiis ini. Rasa lelah kami terbayar sudah dengan sampainya kami di Air terjun ini. Meskipun sebagian dari kami tak bisa main air karena tidak bawa baju ganti. Tapi kami bisa berselfie ria disini..
Nih saya kasih lagi photo-photo ngeksisnya!

netiwiarti.blogspot.com

Lihat deh, yang lain pada ngeksis ini malah ngelamun. Nggak tahu galau atau emang gittuh kali ya gayanya? hiihii


netiwiarti.blogspot.com
Nah ini lagi. Nggak tau lagi maen romatis- romantisan atau lagi ngajakin berenang. 


netiwiarti.blogspot.com
Lihat deh ekspresi-ekspresi wajahnya! Seneng banget kayanya.


netiwiarti.blogspot.com
Maaf saya numpang eksis ya! hihihi


Mungkin itu yang dapat saya bagikan pada para pembaca sekalian. Mohon maaf bila banyak yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat ya! Amiin.
Wasalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.


Sang Mu'adzin dan Si Pemilik Mata Indah



Ditempat ini aku terbiasa merenung, tempat yang ketika kecil memang sudah menjadi tempat favoritku. Semilir angin yang sejuk, pepohonan yang rindang berjejer rapi ditempat ini. Kicau burung disetiap pohon membuat suasana kian terasa asri. Keasrian inilah yang membuatku betah berlama-lama ditempat ini. tempat ini juga yang selalu mengingatkanku pada sosok almarhumah Bunda. Ditempat ini aku dan Bunda biasa menghabiskan waktu senggang. Terlalu banyak kenangan dengan tempat ini. Kenangan yang membuatku selalu menitikkan air mata kerinduan pada Bunda. Kerinduan yang hanya mampu diobati dengan do'a-do'a seusai sholat yang kupanjatkan.

Tak terasa satu minggupun telah berlalu dan selama satu minggu itu pula aku menghabiskan waktuku ditempat favoritku itu. Seminggu yang lalu setelah Ayah menawariku untuk dijodohkan, aku memutuskan untuk menerima permintaan Ayah dan ikut Ayah pulang ke tanah kelahiranku. Aku memutuskan untuk menerima perjodohan ini karena tak ingin mengecewakan Ayah dan karena aku juga memang tidak punya calon untuk diperkenalkan kepada Ayah. Mimpi misterius yang selama ini menghantuiku aku anggap itu hanya sebagai bunga tidur saja. Meskipun hati kecil masih berharap mimpi itu menunjukkan ciri-ciri yang mudah untuk dikenali.

"Aku masih tak percaya, raga kita begitu dekat bahkan sangat dekat. Namun diantara kita tidak ada yang menyadarinya." Ucap sipemilik mata indah itu. Dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Sekarang aku akan membuka hijab yang selama ini menutupi wajahku sehingga aku tampak selalu misterius. Perlahan tangannya membuka kain shorban yang menutupi sebagian wajahnya dan terlihatlah seluruh wajah pria misterius pemilik mata indah itu hingga membuatku tercekat.
"Davin!" Seruku dengan mata terbelalak.
Pria yang kukira davin itu hanya tersenyum lalu perlahan mundur menjauhiku kian jauh dan semakin jauh hingga ia tak terlihat lagi. Kakiku tertahan disini rasanya berat untuk melangkah apalagi mengejarnya. Tiba-tiba terdengarlah suara Mu'adzin bersuara indah itu mengumandangkan adzan.
"Bangun sayang! Ayo kita sholat berjama'ah di mesjid sudah adzan tuh!" Ajak Ayah sambil menggoyang-goyangkan tubuhku agar aku terbangun. Aku mengucek-ngucek kedua mataku, samar-samar kudengar suara mu'adzin bersuara indah itu. Aku pikir suara mu'adzin itu hanyalah bawaan dari mimpiku. tapi ternyata suara mu'adzin itu kian jelas berkumandang. Tak percaya dengan apa yang kudengar, aku mencubit-cubit pelan pipiku untuk memastikan bahwa ini nyata.
"Nah loh, kenapa malah nyubitin pipi sendiri? Ayo bangun!" Seru Ayah menyadarkanku.
"Zahra nggak mimpi kan Yah?" Tanyaku.
"Memangnya kenapa sayang?" Jawab Ayah balik bertanya.
"Barusan siapa yang adzan Yah?" Tanyaku lagi.
"Ayah kurang tahu sayang, karena Ayah juga baru dengar. Kenapa jadi malah dengerin adzan, ayo ah bangun! kita sholat berjama'ah. Nanti kita ketinggalan lagi." Ajak Ayah lagi.

Sesampainya dimesjid, mesjid sudah penuh dengan jama'ah yang hendak sholat shubuh berjama'ah karena aku datang agak terlambat. Karena masih penasaran dengan mu'adzin yang tadi kudengar, aku menyempatkan untuk bertanya pada jama'ah yang sudah lebih dulu ada disana. Namun lagi-lagi jawabannya tidak tahu. Lagi-lagi jawabannya sama seperti Ayah, mereka juga baru mendengar suara mu'adzin itu. Aku hanya menghela nafas kecewa. Seusai Sholat shubuh berjama'ah, aku tak lantas segera pulang. Aku memilih untuk menenangkan diriku dengan tadarusan terlebih dahulu bersama jama'ah yang lain di mesjid. Aku masih tak percaya dengan mimpi tadi malam. Perlahan kucoba mengingat-ngingat mata Davin yang kuyakini pria sipemilik  mata indah yang selama ini begitu misterius. Tapi benarkah itu dia? Kenapa harus dia? Kenapa dia muncul setelah aku menerima perjodohan ini? Lalu siapa sebenrnya mu'adzin bersuara indah itu? Mengapa dia ada ditempat ini? Apakah dia juga sebenarnya adalah orang terdekatku seperti pria mata indah itu?
"Nak Zahra, masih betah toh tinggal dimmesjid? Sudah jam 7 nak." Ucap seorang ibu-ibu membuyarkan lamunanku. Aku lantas beristighfar dan segera pulang ke rumah.

Namun, belum sempat aku sampai dirumah. Langkahku terhenti ketika baru menginjakkan kaki dihalaman rumahku. Ada banyak kendaraan terparkir dihalaman rumah. Pertanyaan demi pertanyaanpun menari-nari dipikiranku. Ada acara apa? Mungkinkah itu saudara atau rekan-rekan kerja Ayah yang bertamu untuk bersilaturahmi kepada Ayah? Atau justru itu adalah... Tidak, aku tak ingin terus menduga-duga. Akhirnya kuteruskan langkahku untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku.

Kuketuk pintu dan mengucap salam.
"Assalammu'alaikum.."
"Wa'alaikum salam..." Terdengar jawaban salam dari dalam rumah. Pintu terbuka secara perlahan dan kudapati banyak orang tengah berkumpul diruang tamu yang memang letak ruang tamu berada dibagian depan. Semua pandangan tertuju padaku. Ayah segera menggiringku duduk dekat para tamu yang sedang ada disana. Melihatku yang masih tampak bingung Ayah segera membuka percakapan.
"Nah, inilah puteri yang sejak tadi ditunggu-tunggu. Jadi begini sayang, para tamu yang datang kesini sekarang adalah mereka yang menemani pemuda yang hendak dijodohkan denganmu Nak." Tutur Ayah. Benar saja dugaanku. Kupandangi para tamu itu satu persatu, hingga pandanganku berhenti disatu titik yang kuyakini itu adalah pemuda yang hendak dijodohkan denganku. Dia masih muda jika kutaksir usianya baru menginjak 27 tahun, kulitnya sawo matang dengan hidung mancung, yang membuatku berhenti memandangnya pandangannya teduh sekali. Menyadari dirinya tengah aku pandangi, pemuda itu menundukkan kepalanya akupun kembali menundukkan kepalaku.
"Sekarang kalian sudah dipertemukan tinggal saling mengenal satu sama lain saja, kalian bisa saling mengetahui karakter pasangan kalian dengan mencari tahu lewat saudar-saudara kalian yang ada disini. Sayang, itulah pemuda yang akan menjadi calon suamimu jika Alloh berkehendak. Namanya Ardhan As-Shidiq. Nak Ardhan, ini puteri Bapak Zahra Aulia Ar-Rahmi" tutur Ayah lagi sembari menunjuk pemuda yang berada disudut ruang tamu itu, pemuda yang tadi memang sudah dapat kutebak itu adalah yang hendak dijodohkan denganku. Ada rasa yakin dihati yang aku sendiripu tak tahu darimana asalnya rasa itu? Padahal tadi pagi sempat ada rasa sesal menerima perjodohan ini karena mimpi itu.

Setelah acara lamaran itu karena kami sama-sama yakin, akhirnya  acara pernikahanku akan dilangsungkan 3 minggu kemudian. Ayah sibuk mengatur segala persiapan untuk pernikahanku dari mulai menghubungi keluarga dan kerabat dekat untuk memberitahu sekaligus mengundang mereka untuk datang ke acara pernikahanku. Undanganpun sudah disebar kesemua kenalan Ayah dan sahabat-sahabatku, tak terkecuali Davin. Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Entah apa yang terjadi denganku. Bukankah dia sahabatku sejak kecil? Dan bukankah akupun sudah yakin dengan pilihanku? Semoga keputusanku ini memang sudah yang terbaik dan diridhoi Alloh. Bathinku.




*bersambung

*Gambar refferensi dari google

Salah Satu Keindahan Kota Garut

Assalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Apa kabarnya semua? Semoga dalam keadaan sehat walafiat walafiat ya?! Amiin.
Pada hari Selasa kemarin, tepatnya tanggal 15 April 2015 saya dan beberapa kawan sekelas melakukan acara hiking ke Gunung Piramida atau Gunung Sidahurip. Hayo... siapa yang belum pada tahu gunung Sidahurip? Mungkin bagi sebagian besar pembaca masih pada asing dengan nama gunung tersebut. Karena memang saya sendiripu yang asli orang Garut baru tahu kalau ada gunung seindah ini di Garut. Karena memang gunung ini tidak sepopuler gunung Cikuray dan gunung Papandayan. Gunung ini terletak di daerah Sukawening. Alamat persisnya saya kurang tahu nih hihihi. 
Yaudah saya kasih lihat photonya aja deh nih.
netiwiarti45@gmail.com 
 Gunung Sidahurip

Indah kan tempatnya? Ya, meskipun mungkin bagi sebagian para pembaca Gunung ini tidak cukup menantang. Tapi bagi kami yang memang sebagian besar baru pertama kali melakukan hiking, Gunung ini cukup menantang bahkan suatu kebanggaan yang luar biasa bagi kami yang dapat mencapai puncaknya. Mengapa saya katakan sebagian? Karena dari jumlah total 16 orang yang ikut hiking waktu itu hanya 9 orang yang berhasil mencapai puncak. 7 orang yang lainnya hanya sampai setengah jalan, mereka memilih kembali pulang karena mereka merasa tidak kuat.
Kalau pada mau tahu ekspresi-ekspresi mereka yang kelelahan, nih saya kasih lihat juga photo-photonya.

netiwiarti45@gmail.com

Tuh kan lihat wajah-wajah yang penuh derita, padahal ini setengah jalan saja belum. Wajar juga sih pada kelelahan semua karena memang sebagian besar dari kami adalah kaum hawa. Apalagi kami juga belum terbiasa harus berjalan jauh seperti ini. Bukan hanya itu yang membuat sebagian dari kami tambah lelah adalah karena kami sempat dibawa sesat sama orang yang ngakunya memang tahu jalan kesana. Hingga kami sempat menemui jalan buntu yang pada akhirnya memaksa kami harus menaiki jalan yang curam.
Nih saya kasih lihat lagi deh photonya.

netiwiarti45@gmail.com



Namun kelahan kami terbayar dengan berhasilnya mencapai puncak meski tidak semuanya sampai ke puncak. Kami dapat melihat keindahan kota Garut dari atas puncak ini.
Nih saya kasih lagi photo-photo ngeksis kami ketika di puncak Gunung.

netiwiart45@gmail.com
 Yang lain pada masih cape karena baru nyampe puncak apalagi yang pake kerudung merah lihat tuh ekspresinya ngajak berantem banget haha.Nah yang pake kerudung orange malah ngeksis.

netiwiarti45@gmail.com
 Nah coba deh perhatiin dibelakang 3 orang yang lagi ngeksis ini! Pada tahu nggak kenapa dia nggak ikut ngeksis? Karena dia pengen selfie pake kamera saya. Haha lucu banget dia.

 Jangan pada protes ya! Karena saya yang paling ngeksis diantara yang lain hihi. Berhubung sudah maghrib, jadi saya mau sholat maghrib dulu nih. Semoga bermanfaat.
Wasalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
 

.





Tak Sepantasnya Malam Jum'at Jadi Olok-Olok

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh..
Apa kabarnya semua? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiat ya dan selalu dalam keridhoanNYA. Amiin.
Sekarang malam Jumat ya? Nah loh hayo ngaku siapa yang suka ngolok-ngolok malam jum'at malam sunnah rosul! Malam jum'at memang memiliki keutamaan bagi pasangan suami istri yang hendak melakukan hubungan intim. Karena memang yang melakukan hal demikian dimalam jum'at laksana membunuh 1000 kaum kafirin.

Namun tidak selayaknya hal ini dijadikan bahan candaan atau olok-olok yang tidak bermutu
Bahkan lebih ekstrem lagi jika dijadikan status sosial media, "Ayo kita melakukan sunnah Rasul" apalagi disertai dengan konten gambar atau video yang mengandung "pornografi". Na'udzubillah. Ironisnya lagi dari yang saya lihat dan saya ketahui yang meng-update status ke social media mengenai sunnah Rasul itu justru para remaja bahkan anak ingusan yang tidak selayaknya melakukan hal demikian. Aneh kan? Para remaja yang seharusnya fokus dengan sekolahnya, orang-orang yang masih lajang yang belum petnah melakukakn hubungan intim justru mereka yang paling heboh perkara sunah Rasul.

Diriwayatkan dari Asma’ binti Yazid r.a, bahwa ia berada di majelis Rasulullah saw sementara kaum laki-laki dan wanita duduk di situ. Rasulullah bersabda: “Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Barangkali seorang wanita menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama suaminya?”
Orang-orang diam saja. Aku berkata, “Demi Allah, benar wahai Rasulullah. Sesungguhnya kaum wanita melakukan hal itu demikian juga kaum pria.”
Rasulullah bersabda: “Jangan lakukan! sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya,” (HR Ahmad, hasan).

Hih,, ngeri ya? Bayangkan bersetubuh dengan syetan setiap kali kita menceritakan atau mengumbar-umbar hubungan intimnya dengan pasangannya. Suka risih sendiri kalau temen-temen di social media sudah mulai heboh update sunnah Rasul ketika malam jum'at tiba. Bahkan lebih menggelikan lagi saya pernah dengar ada yang bilang malam jum'at itu malam istimewanya para santri sedangkan malam minggu itu malamnya semua orang yang punya pasangan. Rasululloh memang menganjurkan untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan halalnya. Tetapi, bukan berarti harus diumbar-umbar kepada khalayak umum. Memangnya tidak ada sunnah Rasul yang lebih bermakna lagi selain hubungan intim? Apalagi bagi para jomblo ngenes atau para remaja, masih banyak kok sunnah Rasul yang bisa diamalkan. Sekalipun kalian memang telah mempunyai pasangan yang halal sehingga kalian bisa melakukan hubungan intim, bukan berarti harus diumbar-umbar. Karena itu cukup jadi privasi anda dan pasangan Anda.

Saudaraku, pada intinya sunnah Rasul bukan untuk diolok-olok. Lagipula jika niatnya mengolok-olok sunnah Rasul untuk bahan candaan itu tidak lucu bahkan sangat tidak lucu.Karena akan banyak keluar perkataan yang lebih banyak mudharatnya daripada maslahatnya. Semoga kita bisa tetap melakukan sunnah- sunnah Rasul yang lain tanpa mengolok-olokkannya. Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan mengenai sunnah Rasul. Semoga bermanfaat. Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan. 
Wasalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Sang Mu'adzin dan Sipemilik Mata Indah


"Kita sudah dekat, hanya kita belum saling menyadari." Ucap pria mata indah itu. Belum sempat aku menjawab dia sudah menghilang bersama sinar yang menyilaukan. Aku menutupi mataku dengan telapak tanganku.
"Uh, sinar apa ini?" Gerutuku setengah sadar.
"Sinar berlian. Hahahaha" Jawab Ririn dengan tawa terbahak-bahak sambil membuka gordhen.
"Mentang-mentang lagi gak sholat jadi bangun siang." Ucapnya lagi menghampiriku dengan duduk diatas tempat tidurku. Aku menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ternyata aku bermimpi lagi. Si pemilik mata indah itu hadir lagi semakin misterius.
"Ra, aku mau curhat nih."
"Curhat apa?" Tanyaku
"Salah gak sih kalau aku jatuh cinta?"
"Salah" Jawabku singkat.
"Kenapa?" Tanyanya penasaran.
"Kuliah aja belum bener udah cinta-cintaan. Daripada jatuh cinta mending bangun cinta. Jatuh itu sakit, bangun itu bangkit. Lagian bukannya kamu udah punya pacar?" Tuturku panjang lebar.
"Yaelah, cinta datang tanpa direncanakan. Aku juga udah putus sama pacar aku." Jawabnya enteng.
"Cinta apa nafsu? Seharusnya jika kamu yakin itu cinta, curhat sama Alloh bukan sama aku. kamu kan tahu yang Maha membolak-balikkan hati itu Alloh. Kalau kamu bisa jaga perasaan itu sampai kamu halal untuknya itulah cinta. Kenapa malah curhat sama aku? Memangnya aku bisa membuat kamu berjodoh dengannya."Jawabku lagi panjang lebar. Dia meraba keningku.
"Gak panas, masih pagi, belum mandi, tapi udah bijak banget sahabat aku yang satu ini." Ucapnya sambil cengengesan.
"Memangnya kamu lagi jatuh cinta sama siapa?" Tanyaku penasaran.
"Katanya curhatnya sama Alloh aja, kok kepo?" Ledeknya.
"Yaelah, siapa suruh tadi bilang mau curhat. Jadi penasaranlah." Kataku membela diri.
"Aku suka sama Davin." Jawabnya malu-malu. Aku terkekeh mendengarnya. Davin adalah sahabatku sejak kecil, dia juga pria yang paling dekat denganku setelah ayah. Davin memang pria yang cukup tampan. Dengan tinggi badan dan bentuk tubuh layaknya seorang atlet, putih,mancung, supel, dan cerdas, tak heran banyak kaum wanita yang ingin menjadi kekasihnya. Bahkan tak sedikit yang memintaku untuk mencomblangkannya.
***
"Zahra!" Panggil seaeorang. Aku celingukan mencari asal suara itu.
"Hai Ra!" Seru Davin mengahampiriku sambil menepuk punggungku.
"Hai Vin!" Jawabku.
"Yaelah... Makin rajin aja baca novelnya. Terus kapan dong aku bisa baca novel karya kamu?" Ucapnya sambil mengambil novel yang sejak tadi kupegang. Aku hanya tersenyum dan tak sengaja menatap matanya. Matanya tampak berbinar dan ada hal lain yang kulihat dimatanya hingga membuatku merasakan perasaan aneh yang tak kumengerti. Mata itu? Bathinku. Astaghfirulloh. Aku mengusap wajahku sambil beristighfar.
"Kenapa Ra?" Tanya Davin sambil memiringkan kepalanya hingga wajahnya dekat dengan wajahku. Aku memalingkan wajahku. Tak ingin terbawa suasana aku pamit pulang duluan padanya. Dia hanya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Tak sempat Ia menjawab aku sudah berlalu dari hadapannya. Ketika jarakku sudah jauh darinya, air mataku mengalir deras. Perasaan macam apa ini? Bathinku.
***
Sesampainya dihalaman kontrakanku, aku melihat sesosok pria yang sudah tak asing lagi bagiku. Dia menyunggingkan senyum yang membuatku tak bisa menahan kakiku untuk berlari menghampirinya.
"Ayah!" Seruku sambil mencium tangannya dan memeluknya. Air mata bahagia dan terharu tak dapat ditahan lagi diantara kami. Aku mengajak ayah masuk dan membawakan barang bawaannya. Sudah lama kami tak betjumpa. Jarak yang cukup jauh membuat kami sulit untuk bertemu. Ayah yang semakin tua dan pekerjaanku yang tak bisa kutinggalkan. Setelah berbasa-basi Ayah mengubah posisi duduknya dan memasang wajah serius.
"Nak, sebenarnya ada suatu hal yang ingin ayah bicarakan padamu." Ucapnya mengawali pembicaraan. Aku hanya menunduk menunggu Ayah melanjutkan ucapannya.
"Nak, usiamu sudah cukup dewasa sekarang. Jangan mentang-mentang kamu putri bungsu, kamu jadi tak terlalu memedulikan pernikahan. Jika kamu belum punya pilihan, Ayah bermaksud menjodohkanmu dengan anak sahabat Ayah." Lanjutnya hati-hati. Aku menatap mata Ayah sejenak lalu menunduk kembali.
"Tidak perlu dijawab sekarang sayang, kamu bisa pikirkan lagi permintaan ayah ini matang-matang. Ayah tahu kamu sudah dewasa dan ayah percaya kamu bisa mengambil keputusan yang terbaik untukmu." Tuturnya lagi penuh kelembutan. Ayah, aku tahu meski kau tak memaksaku untuk menerima permintaanmu tapi sorot matamu sangat berharap putri bungsumu ini menerima permintaanmu. Ah Ayah, sorot matamu itu yang membuatku selalu tak mampu untuk menolak permintaanmu. Bathinku.


*bersambung...


*referensi gambar dari google 

Sang Mu'adzin dan Sipemilik Mata Indah


Adzan maghrib adalah hal yang paling dinanti-nantiikan bagi orang yang sedang berpuasa. Melodi suara adzan akan menjadi melodi paling indah untuk mengiringi buka puasa. Meski suara mu'adzin itu tak semerdu Bilal bin Rabbah r.a, mu'adzin yang dijanjikan surga untuknya. Mu'adzin yang ketika wafatnya ,Rasulullah menitikkan air mata untuknya. Oh adzan maghrib segeralah berkumandang, aku tengah menantikanmu seperti yang lain tengah menantikanmu.
Sahabatku Ririn hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku yang terus saja melihat jam dinding, sambil mondar-mandir keluar untuk memastikan adzan maghrib.
"Allohu akbar.. Allohu akbar.." Akhirnya kumandang adzan maghribpun tiba. Tapi bukan segera melahap makanan yang sejak tadi kusiapkan, aku malah menganga terhanyut dengan alunan merdu mu'adzin itu. Jika saja aku tahu suara Bilal bin Rabbah yang suaranya merdu, mungkin mu'adzin yang saat ini kudengar adalah salah satu mu'adzin terbaik diantara yang terbaik. Bathinku. Merdu nian suara mu'adzin itu, hingga tak terasa air mataku menetes.
"Zahra! Ayo buka puasa, udah adzan nih." Seru Ririn.
"Hah..ehh iya apa?" Tanyaku kaget.
"Bukannya buka puasa malah senyum-senyum sendiri." Ledeknya, sambil mengisikan air ke gelasku. Aku hanya tersenyum malu dengan tingkahku. Ada apa denganku ini? Untuk pertama kalinya aku menangis karena suara adzan. Ah mungkin aku terlalu terbawa suasana. Karena biasanya kumandang adzan yang kudengar adalah suara adzan ayahku. Oh ayah, anakmu tengah merindukanmu, meski suara adzanmu tak semerdu kumandang adzan maghrib yang baru saja membuatku terhanyut. Bathinku.
***
Menjelang shubuh tiba, aku sudah terbangun. Sipemilik mata indah itu menghantuiku lagi. Dia datang dimimpiku dengan misterius. Ini untuk kesekian kalinya dia datang dimimpi seusai isthikhorohku. Hingga akhirnya aku terbiasa bangun lebih awal dari kumandang adzan shubuh. Shubuh yang dimana orang-orang tengah terlelap dengan mimpinya. Angin dingin yang menusuk kulit membuat mereka semakin enggan untuk bangkit dari tidurnya. Hanya sebagian kecil saja dari sekian manusia dimuka bumi ini yang bangkit memuja keAgunganNya. 
"Allohu akbar... allohu akbar..." Suara adzan shubuh berkumandang. Membuat sebagian orang terganggu dengan suaranya. Mereka malah semakin terlelap dalam tidurnya dengan selimut yang membaluti tubuhnya. Ah, jika saja kalian tahu sejuknya pagi ini dan betapa merdunya suara mu'adzin ini. Aku yakin kalian akan segera terbangun untuk menunaikan perintahNya. Mu'adzin itu lagi, aku terhanyut kembali dengan suara indahnya yang penuh penghayatan. Aku lantas naik menuju balkon, agar suaranya terdengar jelas. Lalu kupejamkan mataku. Kunikmati setiap alunan suara sang mu'adzin itu. Bersama semilir angin shubuh yang menyelusup menusuk kulitpun tak kuhiraukan.
"Duaaaarrr... lagi ngapain sih?" Seru Ririn dengan suara lantangnya. Aku terhenyak kaget.
"Ririn, bisa gak sih kalau mau nyapa salam dulu." Ucapku kesal.
"Hehe maaf, lagian kamu ngapain sih? Shubuh-shubuh dibalkon." Katanya penasaran. Aku tertegun sejenak. Saking terhanyutnya adzan shubuh sudah berhentipun aku tak sadar.
"Ya ampun, kenapa baru bilang?" Kataku sambil berlari meninggalkan Ririn yang masih kebingungan.
***
"Ra, ikut aku yuk!" Kata Ririn disuatu pagi.
"Kemana?" Tanyaku.
"Kepengajian rutin, Nisa bilang penceramahnya ganteng lohh." Katanya dengan mata berbinar.
"Gak mau ah, niatnya juga udah gak bener gitu." Tolakku, sambil kembali membaca novel.
"Yahh... Zahra, kitakan udah dua kali pertemuan gak dateng terus." Rengeknya, seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan balon pada ibunya.
"Iya deh iya,.niatnya karena Alloh kok." Tambahnya lagi, dengan mata memohon. Berharap aku mengiyakan. Aku hanya mengangguk.
***
Sesampainya ditempat pengajian, ada sesuatu yang menghentikan langkahku. Aku berhenti sejenak. Lalu menoleh kebelakang, Sipemilik mata indah itu! Seruku dalam hati. Persis seperti dalam mimpiku. Dengan dibalut shorban putih dia menutup sebagian wajahnya. Hingga yang terlihat hanya mata indahnya saja. Namun, belum sempat kucari tahu, pria itu sudah menghilang diantara kerumunan orang yang lalu lalang.
"Ra! Ayo masuk! Kenapa bengong?" Seru Ririn.
"Astaghfirulloh Ririn, bisa kan sekali aja gak ngagetin orang?" Gerutuku kesal. Lalu aku melangkahkan kaki kembali.
Sepanjang pengajian berlangsung, pikiranku hanya terfokus pada pria pemilik mata indah itu. Mata yang ketika memandangnya seakan memandang kesejukan yang tak pernah terbayangkan. Laksana tengah berteduh dibawah pohon yang rindang untuk berlindung dari teriknya panas matahari. Siapa pria pemilik mata indah itu? Apakah dia jodohku? Mengapa dia sering hadir dimimpiku setiap usai melakukan sholat istikhorohku? Kapankah hijab istikhoroh itu kan terbuka? Seketika aku teringat pada mu'adzin bersuara indah itu. Apakah pria bermata indah dengan mu'adzin itu adalah orang yang sama?
Entahlah..

Bersambung..**


*Referensi gambar dari google 





Live Posting Kopdar Blogger Indosat Jakarta

Jakarta, 15/3/2015 Kami dari PROGRAM KETERAMPILAN ELEKTRONIKA MAN 1 Garut yang tergabung dalam komunitas TIK (KOMTIK) Garut, ikut berpartisipasi dalam acara Kopdar Akbar Guru Blogger Nasional bersama INDOSAT. Sebelum sampai ke Gedung Indosat, kami harus berjalan jauh terlebih dahulu dari Masjid Istiqlal. Karena adanya car free day yang mengakibatkan bus kami tidak dapat parkir ditambah lagi driver yang tidak memahami wilayah ibu kota. Meskipun begitu, kami justru menikmati perjalanan itu. Mengapa? Karena kami bisa menikmati suasana Jakarta. Kami bisa melihat suasana Monas, Jalanan Jakarta yang macet dan kami juga bisa sekaligus berolahraga.

Sesampainya di lokasi, sambut ramah panitia penyelenggara melepas lelah. Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi kami dapat hadir di acara Kopdar Akbar ini. Bagaimana tidak?  Acara yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun Sejuta Guru Nasional Indonesia ini, pengunjungnya bukan hanya para guru blogger saja, tetapi seluruh blogger di Indonesia.


Acara yang diselenggarakan di Gedung INDOSAT Jalan Merdeka Barat Jakarta ini berlangsung sangat meriah. Banyak hadiah menarik yang disediakan panitia untuk mengapresiasi para pengunjung yang hadir. Diantaranya voucher pulsa dari Indosat, 3 Hp Samsung dan 2 Hp Sony. Disini juga kami bisa saling berbagi dengan para blogger yang hadir untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknologi blogger.

Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi juga semakin berkembang pesat. Bisa kita lihat, anak-anak sekarang terhadap teknologi itu seperti sudah menjadi makanan sehari-hari. Mereka bisa dengan mudah mengakses postingan apapun dari google. Apalagi jika mereka bisa akses tanpa pantauan dari orang tuanya. Postingan-postingan yang tidak layak untuk mereka aksespun tidak dapat dihindari lagi. Untuk itu, dengan adanya guru blogger ini diharapkan dapat mengurangi postingan tidak layak yang beredar. Karena sebagian besar motivasi dari guru blogger ini adalah ingin memotivasi anak bangsa agar mereka semakin cerdas dalam menggunakan dan memanfaatkan Teknologi Informasi.

Kesimpulannya, dengan diselenggarakannya acara ini. Seluruh blogger Indonesia khususnya kami dari komunitas blogger Garut, bisa banyak mendapat ilmu yang sangat bermanfaat dan juga bisa dijadikan ajang silaturahmi bagi kami. Semoga acara ini menjadi cambuk bagi kami untuk terus berkarya untuk kemajuan Indonesia, Terimakasih kami ucapkan pada Indosat semoga akan terus menjadi Provider no 1 di Indonesia.













Mari Beramar Ma'ruf Nahyi Munkar

Assalammu'alaikum warohmatullohi wabaroktuh

Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kepada Alloh subhanahu wata'ala yang masih memberikan kesempatan kepada saya untuk menuliskan postingan ini. Sholawat beserta salamnya Alloh semoga tetap tercurah limpahkan kepada Imamul muttakin, Habibana wanabiana Muhammad sholallohu alaihi wasalam. 

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai "Amar Ma'ruf Nahyi Munkar". Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya arti dari amar ma'ruf nahyi munkar itu meneyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran.

Saudaraku, untuk mengingatkan. Bahwasannya manusia itu tempatnya khilaf dan salah. Meski begitu, kita dianjurkan untuk saling mengingatkan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan firman alloh subhanahu wata'ala dalam surah Al-imron ayat 104.
 Yang artinya: "Dan hendaklah dari kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan dan mengajak pada yang baik dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dari ayat tersebut sudah jelas, bahwasannya amar ma'ruf nahyi munkar itu memang perintah Alloh bukan perintah manusia.  Dari ayat tersebut juga Alloh akan memberikan kita keberuntungan jika kita mau beramar ma'ruf nahyi munkar. Sesungguhnya janji Alloh takkan pernah ingkar. Namun demikian, ketika kita beramar ma'ruf nahyi munkar niatkan hanya karena Alloh jangan karena ingin mendapat pahala dari Alloh atau bahkan karena ingin dipuji oleh orang lain (riya).

Saudarakau, seringkali kita juga lupa. Mengapa kita beramar ma'ruf nahyi munkar itu harus karena Alloh? Karena agar segala sesuatunya itu kita kembalikan pada Alloh. Bukankah kita juga tahu bahwasannya beramar ma'ruf itu tak mudah? Tak selamanya ucapan-ucapan kita diterima oleh mereka yang kita ingatkan. Bukan hanya tak menerima, tapi juga seringkali kita justru dicaci maki. Jangan bersedih apalagi membenci mereka saudaraku. Karena tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksakan. Karena tetap saja yang Maha membolak balikkan hati setiap makhluk itu hanya Alloh subhanahu wata'ala. Kita tak punya kekuatan untuk memberikan hidayah pada mereka yang kita ingatkan. Jangankan kita umat yang berlumuran dosa, Rosululloh saja tak punya kekuatan untuk memberikan hidayah. 

Tapi coba kita pikirkan. Jika Rosululloh tak punya kekuatan untuk memberikan hidayah pada manusia, mengapa Beliau bisa menyebarluaskan islam keseluruh dunia? Bahkan sudah banyak kita ketahui melaui kisah-kisah perjuangan Rosululloh dalam al-qur'an. Betapa tak mudah perjuangan beliau dalam menyebarkan agama islam. Namun karena tekad yang kuat dan niat karena Alloh beliau bisa menyebarkan islam keseluruh duinia. Bukan hanya tekad dan niat karena Alloh saja tetapi caranya beliau beramar ma'ruf juga tidak sembarangan. Rosululloh sholallohu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa yang melihat satu kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman" (Riwayat Muslim). Coba saja kita buktikan. Jika kita beramar ma'ruf tidak dengan strategi atau cara yang baik. Misalnya, ketika ada yang berkelahi lalu kita melerainya dengan memberikan mereka dalil-dalil bahwa berkelahi itu dilarang. Apa yamg akan terjadi? Yang ada kita juga kena pukul dari mereka yang berkelahi.

Kesimpulannya, sebagai umat Rosululloh akhir zaman yang baik. Sudah selayaknya kita saling mengingatkan satu sama lain. Perlu diingat, ketika kita mengingatkan bukan berarti karena kita sudah merasa paling pintar atau paling tahu. Tetapi karena kita ingin meluruskan atau mengingatkan mereka yang lupa jalan yang benar. Saya tahu, mengingatkan itu tak mudah. Maka dari itu mintalah pada Alloh untuk memberikan kita kekuatan. Agar kita tidak putus asa bahkan bosan dalam mengingatkan.

Sekian postingan yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan. Karena saya hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kealfaan. Semoga bermanfaat.Mohon kritikan dan saran yang membangun bagi saya.












Jiwa Muda Para Guru MAN 1 Garut



Garut, (13/03/2015) Sedang berlangsung kegiatan olahraga tenis meja yang dilakukan di Ruangan Tenis Meja Sekolah MAN 1 Garut. Kegiatan tersebut dilakukan oleh beberapa guru, termasuk kepala sekolah MAN 1 Garut. Meskipun tanpa sorak riuh para penonton, layaknya kejuaraan permainan tenis meja. Namun keadaan disana sangat rame oleh para Guru itu sendiri. Mereka disana sangat antusias dan bersemangat dengan permainan tenis meja tersebut. Hal tersebut tampak dari raut wajah para Guru disana yang sangat terlihat sumringah dan penuh keceriaan.

Kegiatan tersebut, memang bukan acara resmi atau Pertandingan yang penuh dengan ketegangan. Tetapi kegiatan disana dilakukan hanya untuk mengisi waktu kosong para guru, sekaligus untuk menjaga kesehatan saja.

Mereka berpendapat, bahwa kesehatan itu sangat penting. Meskipun mereka sudah tidak muda lagi, tetapi wajah mereka terlihat lebih segar. Hal itu karena olahraga rutin yang mereka lakukan. Karena sudah terbiasa dengan olahraga yang mereka lakukan, mereka juga berpendapat bahwa jika mereka tidak melakukan olahraganya secara rutin, badan mereka akan terasa ngilu dan sakit ketika melakukan olahraga kembali.

Semisterius Kakakku


Dengan kaki diselonjorkan, ia duduk diatas padang rerumputan itu. Matanya menerawang jauh. Tak biasanya ia menyendiri tanpa ditemani gitar kesayangannya. Matanya tampak redup dari biasanya. Ia terlihat tengah menanggung beban yang berat. Aku mencoba menghampirinya, berharap bisa menghiburnya.
"Hayo... sejak kapan jadi pengembala kambing? Selonjoran diatas rumput kaya pengembala." Seruku, mengagetkannya. Ada senyum yang mengembang disana. Meski aku tahu senyum itu tak sepenuhnya meringankan bebannya. Tapi aku senang aku bisa menghiburnya. Ah kakak, kau yang terlalu tertutup atau aku yang tak terlalu pandai mengerti jalan pikiranmu? Bathinku.
"Kenapa sih kak? Cerita dong!" Pintaku. Dia hanya menjawabnya sengan senyum yang
Dipaksakan.
"Cerita dong kak!" Pintaku lagi.
"Maaf yo de,sampai saat ini kakak belum bisa percaya siapapun buat dijadiin temen curhat. Kecuali orang tua kakak." Jawabnya. Sambil matanya kembali menerawang jauh. Ragany memang ada disini, tapi pikirannya entah dimana.
Ya,itulah kakakku. Namanya Muhammad Alfarisi. Orang-orang biasa memanggilnya Faris. Tapi aku lebih suka memanggilnya Kak Alfar. Dia memang bukan kakak kandungku, tapi aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri. Karena kebetulan aku tidak mempunyai kakak laki-laki. Begitupun Kak Alfar, dia tidak punya adik perempuan. Sedikit banyak aku memang mengenalnya. Tapi sampai saat ini aku belum mengetahui karakternya. Kadang cuek, kadang asyik, tertutup tapi bisa juga menjelma menjadi kakak siaga. Yang perhatian. Dia sosok yang miaterius bagiku.
Suatu hari, dia mendapatiku tengah menangis. Dengan tingkah konyolnya dia menghiburku.
"Terkadang, ade pengen jadi seperti Kak Alfar." Ucapku, disela-sela candaannya. Dia mengerutkan kening.
"Kenapa?" Tanyanya heran.
"Kakak selalu bisa menutupi beban kesedihan kakak. Dan kakak selalu terlihat kuat." Jawabku. Dia lantas tersenyum lalu menarik nafas.
"Tetaplah jadi diri ade sendiri, jangan pernah mau jadi orang lain apalagi bangga menjadi orang lain. Karena Ade belum tentu bisa jadi orang lain. Begitupun orang lain belum tentu bisa jadi ade."
"Jadikan orang-orang disekitar ade itu inspirasi sekaligus motivasi buat ade." Tambahnya lagi.
"Tapi, bagaimana kakak bisa tampak kuat? Padahal kakak tak sekuat yang orang lain lihat?" Tanyaku.
"Cukuplah Alloh yang memberi kakak kekuatan. Dan cukup pada Alloh juga kakak berkeluh kesah. Gak perlu curhat sana sini biar orang tahu keaedihan kakak. Karena Alloh yang punya masalah dan Alloh yang bisa memberikan jalan keluar dari masalah itu." Jawabnya, panjang lebar.
"Oh iya, ade kenapa sekarang jadi jarang nulis cerita lagi?" Tanyanya padaku.
"Lagi gak mood kak." Jawabku, sambil memonyongkan bibir tanda kesal.
"Lha, kenapa lagi? Masalah cowok?" Tanyanya, beruntun. Aku hanya mengangguk.
"Hahaha perjalanan masih panjang, ngapain musingin yang gituan. Toh kalau udah jodoh gak akan lari kemana." Katanya, dengan tawa tertahan.

"Ah..pokoknya ade lagi gak mood nulis." Jawabku, sambil membuang muka.
"Bersedih memang tidak dilarang. Tapi jangan biarkan kesedihan itu menghambat ade dalam berkarya. Harusnya, ade jadikan kesedihan itu sebagai penguat buat ade." Nasihatnya. Aku hanya tersenyum getir. Dia bisa begitu bijak dalam menguatkan orang lain. Padahal dirinya sendiri pun rapuh. Tapi dia tak pernah memperlihatkan kesedihan itu pada orang lain. Dan dia bisa terlihat begitu kuat dihadapan orang lain.
"Ah kakak.. kau benar. Tak seharusnya aku berhenti berkarya hanya karena kkesedihan tengah menimpaku. Aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan ini. Terimakasih inspirasinya kak Alfar. Kuharap ikatan kekeluargaan diantara kita kan tetp terjalin kuat. Meski tanpa ikatan darah." Bathinku.

***




















Terima kasih Untuk inspirasinya A arfa.
Maaf ceritanya jelek. Maklum, masih amatiran. Ntar juga profesionalan kata a arfa juga.
          


Kasih sayang tak terhingga

Usiaku waktu itu memang tidak terlalu belia. Waktu itu usiaku baru menginjak kurang lebih 7 tahun. Usia yang memang belum cukup mampu untuk mengerti semua keadaan waktu itu. Tapi masih akan mampu mengingat semua yang terjadi saat itu ketika dewasa kelak. Semua orang menangis waktu itu. Tak terkecuali ayah. Ayah memelukku sambil menangis terisak-isak.
"Ayah kenapa?" Tanyaku polos.
"Bunda sudah pergi meninggalkan kita nak."Jawab ayah sambil memelukku erat. Dengan tangis yang semakin keras. Aku masih tak mengerti. Bunda pergi? Pergi kemana? Orang bunda tidur, kok dibilang pergi. Begitulah pikirku saat itu.
Hingga lambat laun haripun berganti. Aku mulai mengerti. Bunda pergi dan takkan kembali. Hari berganti, keadaanpun berubah. Aku yang dulu selalu jadi kebanggaan bunda, yang selalu dinomer satukan. Kini tak lagi sama. Semua orang tak lagi mempedulikanku, mereka sibuk dengan dirinya masing-masing.
Keadaan itu membuatku sedih, aku melakukan segala cara untuk menarik perhatian keluargaku kembali. Aku mulai berulah. Semua orang jengkel terhadapku. Mereka tak tahan dengan kelakuanku.
Awal mula kepergian bunda, aku tinggal bersama kakak keduaku. Aku tak ingin tinggal bersama ayah dan ibu baruku. Tapi, kakak keduaku tak sanggup mengurusku. Akhirnya aku tinggal bersama kakak pertamaku. Kakak pertamakupun tak sanggup mengurusku yang susah diatur dan keras kepala. Dan pilihan terakhirnya aku terpaksa harus tinggal bersama ayah dan ibu tiriku. Disinipun aku tak berhenti berulah. Tiada hari tanpa omelan ayah dan ibu tiriku.
Dan seperti sudah menjadi tradisi. Ketika kumpul keluarga, akulah yang menjadi trending topic pembicaraan keluarga. Mereka sudah tak tahhu lagi bagaimana cara mendidikku."Cukup dengan kasih sayang aetulus bunda." Bathinku. Aku sudah mengerti semuanya ayah. Aku sudah cukup dewasa untuk memahami ini.
Perlahan, sikapkupun mulai berubah. Aku tak lagi manja apalagi keras kepala. Aku menjadi lebih penurut. Dan perlahan pula, aku tak jadi trending topik pembicaraan keluarga.
Perubahanku bukan semata-mata karena aku cape jadi trending topik keluarga. Tapi karena aku tak ingin membuat ayah menangis karena ulahku.
Suatu kali aku mendatangi ayah dengan perasaan bangga dan bahagia.
"Ayah, aku dapat nilai ujian terbesar sekecamatan. Aku juga jadi juara umum disekolah." Kataku dengan penuh bangga.
"Alhamdulilah. Tingkatkan lagi ya." Ucap ayah singkat. Sambil berlalu dari hadapanku. Aku hanya menganga tak percaya. Hanya itu? Kenapa ayah tak lagi bangga padaku? Apa karena ayah masih kecewa dengan ulahku selama ini? Pertanyaan demi pertanyaan menari-nari dipikiranku. Hingga pernah aku berpikir. Lalu untuk apa aku hidup jika semua orang tak lagi peduli? Ternyata aku salah. Diam-diam ayah sangat bangga padaku. Ayah sangat peduli padaku. Hanya saja ayah tak menunjukkan secara langsung. Dan hal ini aku ketahui setelah ayah pergi untuk selamanya. Ayah meninggal demi untuk mendatangi wisudaku. Ayah rela jauh-jauh datang malam-malam untukku. Ayah meninggal karena kecelakaan mobil. Mobil yang ayah tumpangi masuk jurang.
Sebelum ayah pergi, ayah menitipkan surat untukku. Hanya saja suratnya telat datang. Karena ada gangguan.
Untuk
Anak ayah tersayang
Anakku, kini engkau telah dewasa. Kini engaku bukan lagi putri kecil yang duduk dipangkuan ayah. Engkau tumbuh menjadi wanita kuat yang tegar dan sabar.
Anakku, jangan kau pikir sikap keras ayah selama ini terhadapmu, tanda ayah tak sayang atau tak peduli terhadapmu. Bukankah rasa sayang itu tak selalu harus diungkapkan dengan kelembutan dan kata-kata? Karena seaungguhnya ayah sangat bangga padamu nak. Ayah ingin putri bungsu ayah ini, tumbuh menjadi wanita hebat yang mandiri. Tidak manja apalagi cengeng seperti dulu.
Ayah mengirimkan surat ini, karena ayah takut usia ayah tak cukup mampu menyampaikan rasa sayang ayah padamu nak. Tetaplah menjadi wanita kebanggaan ayah. Wanita sholehah kebanggaan ayah bunda.
Salam sayang
Ayahmu
Derai air mata tak mampu lagi ku bendung membasahi surat yang kubaca. Tak kuasa aku menahan tangis dan sesal. Namun tak ada guna aku terus meratap. Karena dengan terus kutangisi dan kuratapi kepergian ayah, justru hal itu.yang akan membuat ayah tersiksa disana. Ayah dan bunda tak membutuhkan tangisanku. Yang mereka inginkan adalah aku tumbuh menjadi wanita sholehah yang selalu mendo'akan mereka.
"Ayah, Bunda, Do'aku disepanjang malamku untuk kalian tanda sayang dan rinduku yang tak pernah usai."

Filosofis sholat

Assalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
FILOSOFIS SHOLAT
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai "FILOSOFIS SHOLAT" .
Saudaraku, seperti yang telah kita ketahui bahwasannya sholat adalah yang membedakan muslim dengan non-muslim. Sholat juga merupakan pertanyaan pertama yang harus dipertanggungjawabkan di Yaumul Hisab kelak. Saudaraku, pernahkah terlintas di benak saudara, mengenai filosofis gerakan  sholat ?
Disini kita kupas bareng-bareng mengenai itu.
1) Gerakan atau posisi ketika berdiri, pandangan tetap kearah sujud dan tangan tidak bergerak kesana-kemari, tetapi dilipat ditengah. Mengajarkan kepada kita ketika kita berada diatas atau sukses kita harus tetap melihat kebawah. Karena tanpa orang-orang yang dibawah kita juga bukan apa-apa. Agar kita juga senantiasa bersyukur. Tanganpun dilipat mengajarkan agar kita tidak menyalahgunakan kesuksesan dengan menggunakan tangan kita untuk menunjuk-nunjuk orang yang dibawah,agar mematuhi perintah kita.
Pada posisi berdiri juga kedaan kepala lebih tinggi daripada posisi hati. Karena orang yang sukses lebih mengedepankan logika daripada perasaan.

2) Posisi ruku' mengajarkan kita tentang posisi kita ketika berada ditengah-tengah. Namun pandangan tetap tetap kebawah. Pada posisi ini kedaan kepala dengan hati sejajar. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Karena pada posisi ini logika dengan perasaan seimbang.

3) Posisi sujud, mengajarkan kita ketika berada dibawah. Pada posisi ini keadaan kepala lebih rendah daripada hatinya. Karena biasanya orang yang dibawah lebih mengedepankan perasaan daripada logikanya.
Contohnya, kita sudah sering mendengar orang-orang pada bilang "AKU MAH APA ATUH?" Iyain aja deh kalau ada yang ngomong kaya gitu mah. Karena ucapan seperti itu menunjukkan tak tau bersyukur.

4) Posisi duduk, mengajarkan kita ketika setelah bangkit dari sujud kita tak bisa langsung berdiri tetapi sujud kembali. Itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kesuksesan butuh proses dan pasti ada jatuh bangunnya.

5) Gerakan salam, mengajarkan kepada kita untuk menengok ke kanan cukup kepala saja yang bergerak. Namun ketika menengok kesebelah kiri, bukan hanya kepala saja yang bergerak tetapi badannyapun ikut bergerak. Hal ini mengingatkan kita untuk lebih banyak melihat keburukan kita daripada kebaikan kita. Kanan diibaratkan kebaikan dan kiri diibaratkan keburukkan.

Nah,itulah sedikit pembahasannya mengenai filosofis sholat. Semoga bermanfaat. Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan. Karena penulis juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kealfaan. Kritikkan dan sarannya ditunggu ya.

Wassalammu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.